Kamis, 22 April 2010

SUSTER MANIAK SEX

Suatu siang di jalan Dharma Wangsa ke arah campus Airlangga sedang terjadi keributan, ngga' jelas siapa lawan siapa... saat itu aku melintas dengan BMW M50ku sendirian dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya... cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh ke arah seorang laki-laki yang sedang dikeroyok 4 orang lawannya... dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan penonton untuk mencari selamat.
Terbelalak mataku bengitu sadar siapa lelaki yang sedang dikerjar tersebut... ternyata dia Kakak temanku... namanya Anton. Yang ngga' jelas kenapa dia ada di sana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh... segera saja aku pinggirkan kendaraanku dan aku turun untuk membantunya.

Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya karena Anton sudah jatuh terduduk dan dihajar berempat... sekarang Anton mengurus dua orang dan aku dua orang... memang masih tidak seiimbang... dalam perkelahianku aku berhasil menangkap satu dari lawanku dan aku jepit kepalanya dengan lengan kiriku sedang lengan kananku aku gunakan untuk menghajarnya... sementara aku berusaha menggunakan kakiku untuk melawna yang satunya lagi... aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton... waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi demikian cepatnya sampai hal terakhir yang masih aku ingat adalah aku merasakan perih di pinggang kanan belakangku... dan saat kutengok ternyata aku ditusuk dengan sebilah belati dari belakang oleh entah siapa... sambil menahan sakit aku merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutar... sasaranku adalah lawan yang di depanku. Namun pada saat melakukan tendangan memutar sambil melayang... tiba-tiba aku melihat ayunan stcik soft ball ke arah kakiku yang terjulur... ngga' ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal melancarkan tentangan mautku... sesampainya aku di tanah dengan agak tertelungkup aku merasakan pukulan bertubi-tubi... mungkin lebih dari 3 orang yang menghajarku. Terakir kali kuingat aku merasakan beberapa kali tusukan sampai akhirnya aku sadar sudah berada di rumah sakit.

Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisik sekali dan ruangannya panas... dalam ruangan tersebut ada beberapa ranjang... pada saat aku berusaha untuk melihat bagian bawahku yang terluka aku masih merasakan nyeri pada bagian perutku dan kaki kananku serasa gatal dan sedikit kebal ( mati rasa )... aku coba untuk geser kakiku ternyata berat sekali dan kaku. Kemudian aku paksakan untuk tidur...
Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton... Dian ini teman kuliahku... dia datang bersama dengan Mita adiknya yang di SMA... katanya habis jenguk Anton dan Anton ada di ruang sebelah...
" Makasih ya Joss... kalo ngga' ada kamu kali Anton sudah... " katanya sambil menitikkan air mata... " Sudahlah... semua ini sudah berlalu... tapi kalo boleh aku tau kenapa Anton sampe dikeroyok gitu ? " tanyaku penasaran. " Biasa gawa-gara cewec... mereka goda cewec Airlangga dan cowocnya marah makanya dikeroyok... emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton saja ketemu lagi dan suasananya kaya' gitu... jadi dech di dihajar rame-rame " jawab Mita. " Kak Jossy yang luka apanya saja ? " tanya Mita. " Tau nih... rasanya ngga' keruan " jawabku... " Lihat aja sendiri... soalnya aku ngga' bisa gerak banyak... kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mo tau " lanjutku pada Mita.
" Permisi ya Kak " kata Mita langsung sambil membuka selimutku ( hanya diangkat saja ). Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyak luka sehingga dia sampe bengong gitu... dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampe pinggul dan masih tembus oleh darah... di bawahnya lagi aku melihat.... ya ampun pantes ni anak singkong bengong... meriamku tidak terbungkus apa-apa dan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menarik sekali... seperti perkedel. Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips... mungkin patah kena stick soft ball.

Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melhat lukaku karena dia sibuk nangis... hatinya memang lemah... sepertinya dia melankolis sejati. " Mita sini aku mo bilangin kamu " kataku... Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku. " Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan... kamu suka ngga' ? " kataku berbisik. " Serem " bisiknya bales. " Dian... kamu jangan lihat lukaku... nanti kamu makin nnga' kuat lagi nahan tangismu " kataku.
" Tapi paling tidak amu mo tau... boleh aku raba ? " tanyanya... " Silahkan... pelan-pelan ya... masih belum kering lukanya. " jawabku.
Dianpun memasukkan tangannya ke balik selimut... dan mulai meraba dari dada... ke perut... di situ dia merasakan ada balutan... digesernya ke kanan kiri... terus ke bawahan dikit... " Kok perbannya sampe gini... lukanya kaya' apa ? "
" Wah aku sendiri belum jelas... " aku jawab pertanyaan Dian. Turun lagi tangannya ke pinggul kanan... kena kulitku... terus ke tengah... kena meriamku... dia raba setengah menggenggam... untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya... tersentak dan dia menarik tangannya sedikit sambil melepas pengangannya pada meriamku... " Sorry... ngga' tau.... "
" Ngga' apa-apa kok... malah enak kalo sekalian dipijitin... soalnya badanku sakit semua... " kataku nakal. " Nah.... Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya ? " goda Mita... Merah wajah Dian ditembak gitu.
Dian terus saja meraa sampe pada kaki kananku dan dia menemukan gips... " Lho... kok digips ? " " Iya patah tulangnya kali " jawabku asal untuk menenangkan pikirannya...

Dian selesai merabaiku... tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal sentuhan pada meriam tadi... dan sesekali matanya masih melirik ke sekitar meriamku... sedang aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang kejadian barusan... Flash back lah.
Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalo ada sesuatu perkembangan di sana. " Kak Joss... anunya bangun " bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya... tapi tangannya berhenti dan diam di atasnya... " Supaya Mita ngga' ngelihat " bisiknya lagi. Aku cuman bisa mengangguk... aku sadar ujung penisku masih dapat menggapai telapaknya... aku coba kejang-kejangkan penisku dan Dian seperti merasa dicolek-coleh tangannya. " Mit... kamu pamit sama Mas Anton dech... kita bentar lagi pulang dan biar mereka istirahat... " kata Dian... dan Mitapun melangkah keluar ruangan... " Kak Joss.... nakal sekali anunya ya " bisik Dian... aku balas dengan ciuman di pipinya.
" Dian... tolongin donk... diurut-urut itunya... biar lupa sakitnya... " pintaku... " Iya dech... " jawab Dian langsung mengurut meriamku... dari luar selimut... biar ngga' nyolok dengan pasien lain... walaupun antara ranjang ada penyekatnya... " Ian... dari dalem aja langsung... biar cepetan.... " pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali dia mo pulang., Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu... terus tangannya dimasukkan dalam selimutku langsung meremas meriamku... dielusnya batangku dan sesekali bijinya... dikocoknya... lembut sekali... wah gila rasanya... lama juga Dian memainkan meriamku... sampe aku ngga' tahan lagi dan crrooottt..... crot.... ccrrroooo..tttt.... beberapa kali keluar...
Tiba-tiba Mita datang dan buru-buru Dian tarik tangannya dari balik selimut... sedikt kena spermaku telapak tangan Dian... dia goserkan pada sisi ranjang untuk mengelapnya... " Sudah Kak Joss... aku sama Mita mo pulang.... " pamit Dian... " Sudah keluar khan... " bisiknya pada telingaku... cup... pipiku diciumnya... " Cepet sembuhnya... besok aku tengok lagi " Dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir. " Eh... kalo bisa bilangin susternya aku minta pindah kelas satu donk... di sini gerah " pintaku pada mereka.

Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan... satu jam kemudian aku dipindahkan ke tempat yang lebih bagus... ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi ranjang sebelah kosong. Posisi kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat... itu aku tau saat aku didorong dengan ranjang beroda. " Habis gini mandi ya " kata suster perawat sehabis mendorongku... ngga' lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk... dia taruh ember itu di meja kecil samping ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipatnya dekat kakiku. terbuka sudah seluruh tubuhku... pas dia lihat sekita meriamku terkejut dia... ada dua hal yang mengagetkannya... yang pertama adalah ukuran meriam serta kepalanya yang di luar normal... besar sekali... dan yang kedua ada hasil kerjaan Dian... spermaku masih berantakan tanpa sempat dibersihkan... walaupun sebagian menempel di selimut... tapi bekasnya yang mengering di badanku masih jelas terlihat. " Kok... kayaknya habis orgasme ya ? " tanyanya. Lalu tanpa tunggu aju jawab dia ambil wash lap dan sabun... " Sus... jangan pake wash lap... geli... saya ngga' biasa " kataku.
Suster itu mulai dengan tanganku... dibasuh dan disabunnya... usapannya lembut sekali... sambil dimandiin aku pandangi wajahnya... dadanya... cukup gede kalo aku lihat... orangnya agak putih... tangannya lembut. Selesai dengan yang kiri sekarang ganti tangan kananku... dan seterusnya ke leher dan dadaku... terus diusapnya... sapuan telapak tangannya lembut aku rasakan dan akupun memejamkan mata untuk lebih menikmati sentuhannya.
Sampe juga akhirnya pada meriamku... dipegangnya dengan lembut.... ditambah sabun... digosok batangnya... bijinya... kembali ke batangnya... dan aku ngga' kuat untuk menahan supaya tetap lemas... akhirnya berdiri juga... pertama setengah tiang lama-lama juga akhirnya penuh... keras.... dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih " Ini kepalanya besar sekali... baru kali ini syya lihat kaya' gini besarnya "
" Sus... enak dimandiin gini... " kataku memancing. Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku... kaya'nya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan... " Enak Mas... kalo diginikan ? " tanyanya dengan lirikan nakal. " Ssshh... iya terusin ya Sus... sampe keluar... " kataku sambil menahan rasa nikmat yang ngga' ketulungan... tangan kirinnya mengambil air dan membilas meriamku... kemudian disekanya dengan tangan kanannya... kenapa kok diseka pikirku... tapi aku diam saja... mengikuti apa yang mau dia lakukan... pokoknya jangan berhenti sampe sini aja... pusing nanti...
Dia dekatkan kepalanya... dan dijulurkan lidahnya... kepala meriamku dijilatnya perlahan... dan lidahnya mengitari kepala meriamku... sejuta rasanya... wow... enak sekali... lalu dikulumnya meriamku... aku lihat mulutnya sampe penuh rasanya dan belum seluruhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil... bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.

Lama juga aku diisep suster jaga ini... sampe akhirnya aku ngga' tahan lagi dan crooott.... crooott... nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis... sisa pada ujung meriamkupun dijilat serta dihisapnya habis... " Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya... " kata suster itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih meriamku... badanku dibaliknya... dan dimandikan pula sisi belakang badanku.
Selesai acara mandi " Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin... " katanya sambil membereskan barang-barangnya. terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku... pas di bibir... hangat sekali... " Nanti malam saya kasih yang lebih hebat " begitu katanya.

Akupun berusaha untuk tidur... nikmat sekali sore ini dua kali keluar... dibantu dua cewec yang berbeda... ini mungkin ganjaran dari menolong teman... gitu hiburku dalam hati... sambil memikirkan apa yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali. Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi... tapi aku belum sempat menyanyakan namanya... baru setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku... namanya Anna. Cara dia membangunkanku cukup aneh... rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini... dia remas-remas meriamku... sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari tdurku. Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah... akhirnya selesai juga... lalu aku tekan bel... dan tak lama kemudian datang suster yang lain... aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku.
Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan... tanpa konsentrasi sedikitpun.

Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban... pada saat dia melihat meriamkupun dia takjub... " Ngga' salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga " demikian komentarnya. " Kenapa Sus ? " tanyaku ngga' jelas. " Oo... itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. " jawabnya.
Setelah selesai denganmengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan... sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku... " Hmmm... gimana ya rasanya ? " gumamnya tanya meminta jawaban. Dan akupun hanya senyum saja. Wah suster di sini gila semua ya pikirku... soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku... minimal tertarik... dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar... promosi yang menguntungkan... semoga ada yang terjerat ingin mencoba... selama aku masih dirawat di sini.

Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur... aku mimpi indah sekali dalam tidurku... karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. Aku merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku... tepatnya pada bagian meriamku... sampe aku terbangun ternyata... suster Anna sedang menghisap meriamku... kali ini entah jam berapa ? Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya... dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya... suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku. Aku buka kanding atasnya dua kancing... aku rogoh dadanya di balik BH putihnya... aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal... kuselusuri... sambil meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya... aku pilin putingnya... dan Sus Annapun mendesah... enath berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna... sampe dia minta " Mas... masih sakit ngga' badannya ? "
" Kenapa Sus ? " tanyaku bingung. " Enggak kok... sudah lumayan enakan... " dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya... dimasukkan dalam saku baju dinasnya. Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku... dan bless... dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali... diapun mulai menggoyang perlahan... pertama dengan gerakan naik turun...lalu disusul dengan gerakan memutar... wah... suster ini rupanya sudah prof banget... lobangnya aku rasakan masih sangat sempit... makanya dia juga hanya berani gerak perlahan... mungkin juga karena aku masih sakit... dan punya banyak luka baru. Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga' ganti posisi... karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi... aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar... tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi... sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar... dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba... kaget sekali kami berdua... karena tidak ada alasan lain... jelas sekali kita sedang main... mana posisinya... mana bajua dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai. Ternyata yang masuk suster Wiwik... dia langsung menghampiri dan bilang " Teruskan saja An... aku cuman mau ikutan... mumpung sepi "
Suster Wiwikpun mengelus dadaku... dia ciumin aku dengan lembut... aku membalasnya dengan meremas dadanya... dia diam saja... aku buka kancingnya... terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya... aku buka sekalian BHnya yang berenda... tipis dan merangsang... membal sekali tampak pada saat BH itu lepas dari badannya... dada itu berguncang dikit... kelihatan kalo masih sangat kencang... tinggal CD minim yang digunakannya.

Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar... aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar... lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu... tangan kiriku mulai merabai sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar... basah sudah CDnya... pelah aku kuak ke samping... dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya... kuelus perlahan... baru kemudian sedikit kutekan... ketemu sudah aku pada clitsnya... agak ke belakang aku rasakan makin menghangat. Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut... kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya. Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku... kemudian disusul oleh jari tengahku... aku putar jari-jariku di dalamnya... baru kukocok keluar masuk... sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan... sementara suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri... suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu... suster Anna makin mengerang... mengerang.... dan mengerang.... sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme... dan makin keras goyangan pinggulnya... sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya... karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang... takut lukaku sakit.
Suster Anna mengerang.... panjang sekali seperti orang sedang kesakitan... tapi juga mirip orang kepedasan... mendesis di antara erangannya... dia sudah sampe... rupanya... dan... dia tahan dulu sementara... baru dicabutnya perlahan... sekarang giliran suster Wiwik... dilapnya dulu... meriamku dikeringkan... baru dia mulai menaikiku... batin... kurang ajar suster-suster ini aku digilirnya... dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat... gila... enak di dia... tapi..... enak juga dia aku kok... demikian pikiranku... ach... masa bodo.... POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.

Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya... kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda... dia goyang maju mundur... perlahan tapi penuh kepastian... makin lama makin cepat iramanya... sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah... kenyal sekali rasanya... cukup besar ukurannya dan lebih besar dari suster Anna punya... yang ini ngga' kurang dari 36... kemungkinan cup C... karena mantap dan tanganku seakan ngga' cukup menggenggamnya. Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras... dia mendesis... hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya... desisan itu sungguh manja kurasakan... sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya... kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku... mengusapnya...
Kemudian karena sudah cukup pemanasannya... dia mulai menaiki ranjang lagi... dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku... setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku... dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku. Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku... dengan cepat aku julurkan lidahku.... aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas.... hhhmmmm...... harus khas liang senggama.... kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang... kumainkan lidahku... mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan...
Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain... karena aku mendengarnya cukup keras... aku tengok ke dinding... kosong ngga' ada jam dinding... aku lihat keluar... kearah pintu... mataku terbelalak... terkejut... shock... benar-benar kaget aku... lamat-lamat aku perhatikan... di antara pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap... sambil terus menggoyang suster Wiwik... meninggalkan jilatan pada suster Anna... aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu... ternyata... pintupun terbuka... makin gila aku makin kaget... dan deg... jantungku tersentak sesaat... lalu lega... tapi... yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini... kaya'nya kalo marah sich ngga' bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami bertiga... jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan... mo nonton dari dekat atau ikutan... ternyata.... " Wah... wah... wah... rajin sekali kalian bekerja... sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien... " demikian kata salah seorang dari mereka...
" Mari kami bantu " demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super... Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.
Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing... satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang... secara hampir bersamaan mereka menciumi dada... leher... telinga dan semua daerah rangsanganku... akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna... sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing... sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel...... malam ini... tidak ada sisa rupanya.... terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?

Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut... untuk menggaruknya kali... aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku... ya jariku... ya meriamku... rusak sudah konsentrasiku... yang pasti... ini pengalaman gila kedua sejak peristiwa serupa dengan Donna adik Sammy Zara...
Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )... empat-empatnya jalan semua... kaya'nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.
Lama sekali permainannya... sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang.... kesar dan panjang serta mengejang...

Setelah suster Wiwik selesai... dan mencabut meriamku... suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69... kami saling menghisap dan permainan berlanjut... sekali aku minta rotasi... yang di kananku untuk naik... yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan.
Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya... dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan... tanpa dipegang.... diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan... amblas sudah meriamku dari pandangan. Diapun langsung menggoyang keras... rupanya sudah ngga' tahan...
Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang.... mengerang.... panjang serta lemas. Sementara tingal dua korban yang belum selesai... aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan... tengkurap... kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku.... sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi. Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh kecil ini... sulit sekali... dan diapun membantu dengan bimbingan test.... Setelah tertancap... tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam... rasanya mentok sekali... dengan bibir rahimnya... akupun mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna. Mereka berdua kembali mendesah.... mengerang.... mendesah dan kadang mendesis... kaya' ular.
Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur.... jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya... sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang... kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di bawahku ini... dia mendesis tak keruan... sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna... sesekali aku jilatkan pada clitsnya... dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya... mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga' tahan... maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna... dia mulai mengejang... mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih.... suster Anna sudah lemas... dan beranjak turun dari posisinya....
Aku tekan lebih keras suster mungil ini.... sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku... aku sudah merasakan hampir sampe juga... sedang suster mungil masih mengerang.... terus dan terus... kaya'nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya.... aku coba mengjar orgasmenya... dan.... dan.... berhasil juga akuhirnya... aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya... sampe dia melotot... aku didekapnya erat sekali... dan " Adu.....uh enak sekali... " demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar.
Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu... lunglai sudah tubuh ini rasanya... menghabisi 4 suster sekaligus... suatu rekord yang gila... permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku... pada saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain...
" Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama... soalnya ngga' sempet istirahat " kata suster yang hitam.
" Iya dan kaya'nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya' malem ini " sahut suster Wiwik.
" Kalo itu dibuat system arisan saja " kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ?

Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur... tapi setelah mendapat jatah batin tentunya. Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos... sampe jam 4 pagi... dia minta jatah tambahan... dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga' keroyokan kaya' semalem ).
Hot sekali dia pagi itu... karena kami lebih bebas... tapi yang kacau adalah udahannya... aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi... jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan... dan merekapun rame-rame mengobati lukaku.... sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.
Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya... nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.

Hari kedua

Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita... mereka membawakan buah jeruk dan apel... aslinya sich aku ngga demen makan buah... setengah jam kami ngobrol bertiga. sampe suatu saat aku bilang pada Dian " aku mo minta tolong Ian... kepalaku pusing... soalnya aku dari semaleman ngga' dapet keluar... dan aku ngga' bisa self service " demikian kataku membuka acara... dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya. Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga' dapet cewec buat nemenin tidur... dan sorenya juga suka main lagi... Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih... dia juga tahu kehidupanku tidak pernah sepi cewec. Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya... yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin... sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit.

Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku... karena pembicaraan tadi di depan Mita. Sekeluarnya Mita dari kamar... Dian langsung memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang tidur... sampe bangun dan keras sekali... setelah dikocoknya dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian menghisap meriamku. Mulanya dia malu... tapi dikerjakannya juga... demi bales jasa kaya'ya... atau dia mulai suka ?

Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku... juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku... kaya'nya dia juga belum mahir betul... itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan karena kena giginya.
Spermaku ditelannya habis... sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit... benernya sich aku ngga' tau jelas... asal ngomong aja dan dia percaya... setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya... belum biasa kali. Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi... ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku...

Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang... selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang. Dan aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda... sebelum dipindahkan aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor. dengan kancing banyak sekali di belakangnya.
Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi... suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat meriamku... mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal padaku... aku cuek saja... pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima... orangnya masih muda sekitar 23 tahunan kira-kira... rambutnya pendek... tubuhnya sekitar 159 Cm... dadanya sekitar 34 B... pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura ngga' kuat berdiri... aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku... greeng... meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut.
" Agak tegak berdirinya Mas... berat soalnya badan Masnya " kata suster Fatima.
Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga' sadar bibirnya kena di leherku... sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda... aku lihat pinggulnya dari berlakang... wah... bagus juga ya...
Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang...pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima... aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut... karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech... dia diam saja... dan saat aku sudah duduk.... dan suster Atty keluar kamar... " Awas ya... nakal sekali " kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga' marah cuman pura-pura marah aja " Satunya belum Sus " kataku menggoda... " Enak aja... geli tau ? " jawabnya sewot. " Nanti saya cubit baru tau " lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku... dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah... karena meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket... jadi terangsang... " Sus... tolong donk saya di dorong keluar kamar " kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku ke teras kamar... menghadap taman. Aku bengong di teras... sambil menghisap rokokku... di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu... jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin rencana lain untuk malam ini... mo pake gaya apa ya ?

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku... saipa ini ? Kok tanyannya halus... dingin dan kecil... " Siapa ni ? " kataku... Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku... baru kutau dia Mita adik Dian. Kok sendirian ? " Mana Mita ? " tanyaku... " Lagi ketempat dosennya mo ngurus scripsi " jawab Mita. " Jadi ngga' kesini donk ? " tanyaku penasaran.
" Ya ngga' lah... ini saya bawain bubur buatan Mama " katanya sambil mendorongku masuk kamar... dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.
Terus kami ngobrol... sekitar 10 menit sampe aku bilang " Mit... ach ngga' jadi dech... " kataku bingung gimana mo mulainya... maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya pagi tadi... bukankah dia juga udah ngintip... kali aja dia pengen kaya' kakaknya... mumpung lagi cuman berduaan...
" Kenapa Kak ? " aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja...
" Pusing ya ? " tanyanya lagi. " Iya ni... penyakit biasa " kataku makin berani... kali bisa...
" Kak... gimana ya ? Tadi khan udah ? " katanya mulai ngeti maksudku... tapi kaya'nya dia bingung dan malu... merah wajahnya tampak sekali.
" Mit... sorry ya... kalo kamu ngga' keberatan tolongin Kakak donk... ntar malem Kakak ngga' bisa tidur... kalo... " kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu....
" Iya Mita tau Kak... dan kasihan sekali... tapi gimana Mita ngga' bisa... MIta malu Kak... "
" Ya udah kalo kamu keberatan... aku ngga' mo maksa... lagian kamu masih kecil... "
" Kak... Mita ciumin aja ya... supaya Kakak terhibur... jangan susah Kak... kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi " kata dia sambil mencium pipiku.
" Iya dech... sini Kak cium kamu " kataku dan diapun pindah kehadapanku. Dia membungkuk sehingga ada kelihatan dadanya yang membusung... aduh.... gila... usaha harus jalan terus ni... gimana caranya masa bodo... harus dapet... aku udah pusing berat.
Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk... aku cium pipinya, dagunya... belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya... pokoknya semua daerah rangsangan... aku coba merangsangnya... ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.
Tangaku mencoba meremas dadanya... diapun mundur... mo menghidar...
" Mit... gini dech... aku sentuh kamu saja... ngga' ngapain kok... supaya aku lebih tenang nanti malem "
" Maaf Kak... tadi Mita kaget... Mita ngerti kok... Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton " jawabnya penuh pengertian... atau dia udah kepancing ?
Diapun kembali... mendekat dan kuraih dadanya... aku remas...dan dia kembali menciumku... dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga... saling berbalasan... sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya... melalui celah kancing atasnya.
Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku... dan meremasnya dari luar...
" Aduh... enak sekali Mit... terusin ya... sampe keluar... biar aku ngga' pusing nanti " kataku nafsu menyambut kemajuannya.
Lama remasan kami berlangsung... sampe akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku... dia mulai mo mencium meriamku... dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada meriamku.
" Masukin saja Mit... " kataku.
Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya... sulit sekali tampaknya... dan penuh sekali kelihatan dari luar... dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi...
Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu... yang pasti saat aku ngga' tahan lagi... aku tekan palanya supaya tetap nancep... dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita... terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.
" Telen aja Mit... ngga' papa kok " kataku...
Diapun menelan spermaku... lalu dicabutnya dari mulut mungil itu... sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue... dan dia lari ke kamar mandi.... sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.

Ada orang datang... kelihatan dari balik kaca jendela... " Sorry Joss... aku baru bisa dateng sekarang... ngga' dapet pesawat soalnya " kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny...
" Iya ini juga langsung dari airport " kata Kak Wenda.
" Kamu kenapa si... ceritanya gimana kok bisa sampe kaya' gini ? " tanya Winny...
" Lha kalian tau aku di sini dari mana ? " tanyaku bingung.
" Tadi malem kami telpon ke rumah ngga' ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong " kata Kak Wenda.
" Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga' di sana... aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga' ada, malah ketemu sammy di sana " kata Winny.
" Sammy bilang mo bantu cari kamu... terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit " kata Winny lagi.
Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah... dan rencananya pulangnya kemarin sore... pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda. Malah dapet berita kaya' gini.
Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya'nya kikuk juga...
Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.
Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih... mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita... ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.

Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian semua... yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung pulang. Malamnya seperti biasa... kejadiannya sama seperti hari pertama... mandi sore diisep lagi... kali ini sustenya lain... dia suster Fatima yang sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi... dan tidur dengan suster Wiwik... suster Anna off hari itu... jadi waktu main cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi...

kenikmatan bersama dua pria

Aku adalah gadis berusia 19 tahun. kawan-kawan mengatakan aku cantik, tinggi 170, kulit putih dengan rambut lurus sebahu. Aku termasuk populer diantara kawan-kawan, pokoknya \'gaul abis\'. Namun demikian aku masih mampu menjaga kesucianku sampai.. Suatu saat aku dan enam orang kawan Susi (19), Andra (20), Kelvin (22), Vito (22), Toni (23) dan Andri (20). menghabiskan liburan dengan menginap di villa keluarga Andri di Puncak.

Susi walaupun tidak terlalu tinggi (160) memiliki tubuh padat dengan kulit putih, sangat sexy apalagi dengan ukuran payudara 36b-nya, Susi telah berpacaran cukup lama dengan Kelvin. Diantara kami bertiga Andra yang paling cantik, tubuhnya sangat proporsi tidak heran kalau sang pacar, Vito, sangat tergila-gila dengannya. Sementara aku, Andri dan Toni masih \'jomblo\'. Andri yang berdarah India sebenarnya suka sama aku, dia lumayan ganteng hanya saja bulu-bulu dadanya yang lebat terkadang membuat aku ngeri, karenanya aku hanya menganggap dia tidak lebih dari sekedar teman.

Acara ke Puncak kami mulai dengan \'hang-out\' disalah satu kafe terkenal di kota kami. Larut malam baru tiba di Puncak dan langsung menyerbu kamar tidur, kami semua tidur dikamar lantai atas. Udara dingin membuatku terbangun dan menyadari hanya Susi yang ada sementara Andra entah kemana. Rasa haus membuatku beranjak menuju dapur untuk mengambil minum. Sewaktu melewati kamar belakang dilantai bawah, telingaku menangkap suara orang yang sedang bercakap-cakap. Kuintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, ternyata Vito dan Andra. Niat menegur mereka aku urungkan, karena kulihat mereka sedang berciuman, awalnya kecupan-kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi lumatan-lumatan. Keingintahuan akan kelanjutan adegan itu menahan langkahku menuju dapur.

Adegan ciuman itu bertambah \'panas\' mereka saling memagut dan berguling-gulingan, lidah Vito menjalar bagai bagai ular ketelinga dan leher sementara tangannya menyusup kedalam t-shirt meremas-remas payudara yang menyebabkan Andra mendesah-desah, suaranya desahannya terdengar sangat sensual. Disibakkannya t-shirt Andra dan lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putingnya, menghisap dan meremas-remas payudara Andra. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif yang tertutup g-string. Vito berusaha membuka penutup terakhir itu, tapi sepertinya Andra keberatan. Lamat-lamat kudengan pembicaraan mereka.
"Jangan To" tolak Andra.
"Kenapa sayang" tanya Vito.
"Aku belum pernah.. gituan"
"Makanya dicoba sayang" bujuk Vito.
"Takut To" Andra beralasan.
"Ngga apa-apa kok" lanjut Vito membujuk
"Tapi To"
"Gini deh", potong Vito, "Aku cium aja, kalau kamu ngga suka kita berhenti"
"Janji ya To" sahut Andra ingin meyakinkan.
"Janji" Vito meyakinkan Andra.

Vito tidak membuang-buang waktu, ia membuka t-shirt dan celana pendeknya dan kembali menikmati bukit kenikmatan Andra yang indah itu, perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun g-string Andra. Dengan hati-hati Vito membuka kedua paha Andra dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan. Tubuh Andra bergetar merasakan lidah Vito.
"Agghh.. To.. oohh.. enakk.. Too"
Mendengar desahan Andra, Vito semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan Andra dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Andra, tubuhnya menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya mengusap-usap dan menarik-narik rambut Vito, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan.

Andra semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut Vito melahap kewanitaannya. Kepalanya mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai, semua yang diraih dicengramnya kuat-kuat. Andra sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi. Vito tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia membuka CDnya dan merangkak naik keatas tubuh Andra. Mereka bergumul dalam ketelanjangan yang berbalut birahi. Sesekali Vito di atas sesekali dibawah disertai gerakan erotis pinggulnya, Andra tidak tinggal diam ia melakukan juga yang sama. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan. Melihat itu semua membuat degup jantung berdetak kencang dan bagian-bagian sensitif di tubuhku mengeras.. Aku mulai terjangkit virus birahi mereka.

Vito kemudian mengangkat tubuhnya yang ditopang satu tangan, sementara tangan lain memegang kejantannya. Vito mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha Anggie. "Jangan To, katanya cuma cium aja" sergah Andra.
"Rileks An" bujuk Vito, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan Andra.
"Tapi.. To.. oohh.. aahh" protes Andra tenggelam dalam desahannya sendiri.
"Nikmatin aja An"
"Ehh.. akkhh.. mpphh" Andra semakin mendesah
"Gitu An.. rileks.. nanti lebih enak lagi"
"He eh To.. eesshh"
"Enak An..?"
"Ehh.. enaakk To"
Aku benar-benar ternganga dibuatnya. Seumur hidup belum pernah aku melihat milik pria yang sebenarnya, apalagi adegan \'live\' seperti itu.

Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Andra yang terdengar.
"Aku masukin ya An" pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
Vito langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan Andra.
"Aakhh.. To.. eengghh" erang Andra cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuhku meremang mendengarnya.
Vito lebih merunduk lagi dengan sikut menahan badan, perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Andra.
"Teruss.. Too.. enak banget.. ohh.. isep yang kerass sayangg" Andra meracau.
"Aku suka sekali payudara kamu An.. mmhh"
"Aku juga suka kamu isep To.. ahh" Andra menyorongkan dadanya membuat Vito bertambah mudah melumatnya.
Bukan hanya Andra yang terayun-ayun gelombang birahi, aku yang melihat semua itu turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar aku mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingku sendiri, membuat mataku terpejam-pejam merasakan nikmatnya.

Vito tahu Andra sudah pada situasi \'point of no return\', ia merebahkan badannya menindih Andra dan memeluknya seraya melumat mulut, leher dan telinga Andra dan.. kulihat Vito menekan pinggulnya, dapat kubayangkan bagaimana kejantanannya melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Andra.
"Auuwww.. To.. sakiitt" jerit Andra.
"Stop.. stop To"
"Rileks An.. supaya enak nanti" bujuk Vito, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
"Sakit To.. pleasee.. jangan diterusin"
Terlambat.. seluruh kejantanan Vito telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Andra. Beberapa saat Vito tidak bergerak, ia mengecup-ngecup leher, pundak dan akhirnya payudara Andra kembali jadi bulan-bulanan lidah dan mulutnya. Perlakuan Vito membuat birahi Andra terusik kembali, ia mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Bagian belakang tubuh Vito yang mulai dari punggung, pinggang sampai buah pantatnya tak luput dari remasan-remasan tangan Andra.

Vito memahami sekali keadaan Andra, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging Andra yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.
"Uhh.. ohh.. To" desah kenikmatan Andra, kakinya dibuka lebih melebar lagi.
Vito tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.
"Agghh.. ohh.. terus Too" Andra meracau merasakan kejantanan Vito yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang. Merasakan gerakannya mendapat respon Vito tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.
"Aaauugghh.. sshh.. Too.. ohh.. Too" Andra tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saya dari mulutnya.

Pinggul Vito yang turun naik dan kaki Andra yang terbuka lebar membuat darahku berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifku, kumasukan tangan kiri kebalik celana pendek dan CD. Tubuhku bergetar begitu jari-jemariku meraba-raba kewanitaanku.
"Ssshh.. sshh" desisku tertahan manakala jari tengahku menyentuh bibir kemaluanku yang sudah basah, sesaat \'life show\' Vito dan Andra terlupakan. Kesadaranku kembali begitu mendengar pekikan Andra.
"Adduuhh.. Too.. nikmat sekalii" Andra terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
"Nikmati An.. nikmati sepuas-puasnya"
"Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Too"
"Punya kamu enaakk sekalii An.. uugghh"
"Ohh.. Too.. aku sayang kamu.. sshh" desah Andra seraya memeluk, pujian Vito rupanya membuat Andra lebih agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat Vito.
"Enaak An.. terus goyang.. uhh.. eenngghh" merasakan goyangan Andra Vito semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
"Ahh.. aahh.. Too.. teruss.. sayaang" pekik Andra.
Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
"Too.. tekan sayangg.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh" erang Andra.
Vito menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh keduanya pun mengejang. Gema erangan kenikmatan mereka memenuhi seantero kamar dan kemudian keduanya.. terkulai lemas.

Dikamar aku gelisah mengingat-ingat kejadian yang baru saja kulihat, bayang-bayang Vito menyetubuhi Andra begitu menguasai pikiranku. Tak kuasa aku menahan tanganku untuk kembali mengusap-usap seluruh bagian sensitif di tubuhku namun keberadaan Susi sangat mengganggu, menjelang ayam berkokok barulah mataku terpejam. Dalam mimpi adegan itu muncul kembali hanya saja bukan Andra yang sedang disetubuhi Vito tetapi diriku.

Jam 10.00 pagi harinya kami jalan-jalan menghirup udara puncak, sekalian membeli makanan dan cemilan sementara Susi dan Kelvin menunggu villa. Belum lagi 15 menit meninggalkan villa perutku tiba-tiba mulas, aku mencoba untuk bertahan, tidak berhasil, bergegas aku kembali ke villa.

Selesai dari kamar mandi aku mencari Susi dan Kelvin, rupanya mereka sedang di ruang TV dalam keadaan.. bugil. Lagi-lagi aku mendapat suguhan \'live show\' yang spektakuler. Tubuh Susi setengah melonjor di sofa dengan kaki menapak kelantai, Kelvin berlutut dilantai dengan badan berada diantara kedua kaki Susi, Mulutnya mengulum-ngulum kewanitaan Susi, tak lama kemudian Kelvin meletakan kedua tungkai kaki Susi dibahunya dan kembali menyantap \'segitiga venus\' yang semakin terpampang dimukanya. Tak ayal lagi Susi berkelojotan diperlakukan seperti itu.

"Ssshh.. sshh.. aahh" desis Susi.
"Oohh.. Kel.. nikmat sekalii.. sayang"
"Gigit.. Kel.. pleasee.. gigitt"
"Auuwww.. pelan sayang gigitnyaa"
Melengkapi kenikmatan yang sedang melanda dirinya satu tangan Susi mencengkram kepala Kelvin, tangan lainnya meremas-remas payudara 36b-nya sendiri serta memilin putingnya.

Beberapa saat kemudian mereka berganti posisi, Susi yang berlutut di lantai, mulutnya mengulum kejantanan Kelvin, kepalanya turun naik, tangannya mengocok-ngocok batang kenikmatan itu, sekali-kali dijilatnya bagai menikmati es krim. Setiap gerakan kepala Susi sepertinya memberikan sensasi yang luar biasa bagi Kelvin.
"Aaahh.. aauugghh.. teruss sayangg" desah Kelvin.
"Ohh.. sayangg.. enakk sekalii"
Suara desahan dan erangan membuat Susi tambah bernafsu melumat kejantanan Kelvin.
"Ohh.. Susii.. ngga tahann.. masukin sayangg" pinta Kelvin.

Susi menyudahi lumatannya dan beranjak keatas, berlutut disofa dengan pinggul Kelvin berada diantara pahanya, tangannya menggapai batang kenikmatan Kelvin, diarahkan kemulut kewanitaannya dan dibenamkan. "Aaagghh" keduanya melenguh panjang merasakan kenikmatan gesekan pada bagian sensitif mereka masing-masing. Dengan kedua tangan berpangku pada pahanya Susi mulai menggerakan pinggulnya mundur maju, karuan saja Kelvin mengeliat-geliat merasakan batangnya diurut-urut oleh kewanitaan Susi. Sebaliknya, milik Kelvin yang menegang keras dirasakan oleh Susi mengoyak-ngoyak dinding dan lorong kenikmatannya. Suara desahan, desisan dan lenguhan saling bersaut manakala kedua insan itu sedang dirasuk kenikmatan duniawi.

Tontonan itu membuat aku tidak dapat menahan keinginanku untuk meraba-raba2 sekujur tubuhku, rasa gatal begitu merasuk kedalam kemaluanku. Kutinggalkan \'live show\' bergegas menuju kamar, kulampiaskan birahiku dengan mengesek-gesekan bantal di kewanitaanku. Merasa tidak puas kusingkap rok miniku, kuselipkan tanganku kedalam CD-ku membelai-belai bulu-bulu tipis di permukaan kewanitaanku dan.. akhirnya menyentuh klitorisku.
"Aaahh.. sshh.. eehh" desahku merasakan nikmatnya elusan-elusanku sendiri, jariku merayap tak terkendali ke bibir kemaluanku, membuka belahannya dan bermain-main ditempat yang mulai basah dengan cairan pelancar, manakala kenikmatan semakin membalut diriku tiba-tiba pintu terbuka.. Susi! masih dengan pakaian kusut menerobos masuk, untung aku masih memeluk bantal, sehingga kegiatan tanganku tidak terlihat olehnya.
"Ehh Ver.. kok ada disini, bukannya tadi ikut yang lain?" sapa Susi terkejut.
"Iya Si.. balik lagi.. perut mules"
"Aku suruh Kelvin beli obat ya"
"Ngga usah Si.. udah baikan kok"
"Yakin Ver?"
"Iya ngga apa-apa kok" jawabku meyakinkan Susi yang kemudian kembali ke ruang tengah setelah mengambil yang dibutuhkannya. Sirna sudah birahiku karena rasa kaget.

Malam harinya selesai makan kami semua berkumpul diruang tengah, Andri langsung memutar VCD X-2. Adegan demi adegan di film mempengaruhi kami, terutama kawan-kawan pria, mereka kelihatan gelisah. Film masih setengah main Susi dan Kelvin menghilang, tak lama kemudian disusul oleh Andra dan Vito. Tinggal aku, Toni dan Andri, kami duduk dilantai bersandar pada sofa, aku di tengah. Melihat adegan film yang bertambah panas membuat birahiku terusik. Rasa gatal menyeruak dikewanitaanku mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, aku jadi salah tingkah. Toni yang pertama melihat kegelisahanku.
"Kenapa Ver, gelisah banget horny ya" tegurnya bercanda.
"Ngga lagi, ngaco kamu Ton" sanggahku.
"Kalau horny bilang aja Ver.. hehehe.. kan ada kita-kita" Andri menimpali.
"Rese\' nih berdua, nonton aja tuh" sanggahku lagi menahan malu.

Toni tidak begitu saja menerima sanggahanku, diantara kami ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang aku rasakan. Toni tidak menyia-nyiakannya, bahuku dipeluknya seperti biasa ia lakukan, seakan tanpa tendensi apa-apa.
"Santai Ver, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal" bisik Toni sambil meremas pundakku.
Remasan dan terpaan nafas Toni saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuhku meremang, tanpa terasa tanganku meremas ujung rok. Toni menarik tanganku meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tanganku jadi meremas pahanya.
"Remas aja paha aku Ver daripada rok" bisik Toni lagi.
Kalau sedang bercanda jangankan paha, pantatnya yang \'geboy\' saja kadang aku remas tanpa rasa apapun, kali ini merasakan paha Toni dalam remasanku membuat darahku berdesir keras.
"Ngga usah malu Ver, santai aja" lanjutnya lagi.
Entah karena bujukannya atau aku sendiri yang menginginkan, tidak jelas, yang pasti tanganku tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang \'wow\' kuremas pahanya. Merasa mendapat angin, Toni melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas pahaku, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuatku merinding.

Entah bagaimana mulainya tanpa kusadari tangan Toni sudah berada dipaha dalamku, tangannya mengelus-elus dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuatku membiarkan kenakalan tangan Toni yang semakin menjadi-jadi.
"Ver gue suka deh liat leher sama pundak kamu" bisik Toni seraya mengecup pundakku.
Aku yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu.
"Jangan Ton" namun aku berusaha menolak.
"Kenapa Ver, cuma pundak aja kan" tanpa perduli penolakanku Toni tetap saja mengecup, bahkan semakin naik keleher, disini aku tidak lagi berusaha \'jaim\'.
"Ton.. ahh" desahku tak tertahan lagi.
"Enjoy aja Ver" bisik Toni lagi, sambil mengecup dan menjilat daun telingaku.
"Ohh Ton" aku sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat \'live show\' dan film, perlahan merayapi lagi tubuhku.
Aku hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Toni di leher dan telingaku. Andri yang sedari tadi asik nonton melihatku seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiriku jadi sasaran mulutnya.

Melihat aku sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Toni semakin naik hingga akhirnya menyentuh kewanitaanku yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di kewanitaanku, remasan Andri di payudaraku dan kehangatan mulut mereka dileherku membuat magma birahiku menggelegak sejadi-jadinya.
"Agghh.. Tonn.. Drii.. ohh.. sshh" desahanku bertambah keras.
Andri menyingkap tang-top dan braku bukit kenyal 34b-ku menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Toni juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan pelicin. Aku jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuhku bergelinjang keras.

"Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh" desahanku berganti menjadi erangan-erangan.
Mereka melucuti seluruh penutup tubuhku, tubuh polosku dibaringkan dilantai beralas karpet dan mereka pun kembali menjarahnya. Andri melumat bibirku dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutku, lidah kami saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Toni menjilat-jilat pahaku lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di kewanitaanku, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisku, bersamaan dengan itu Andri pun sudah melumat payudaraku, putingku yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.

Diperlakukan seperti itu membuatku kehilangan kesadaran, tubuhku bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Bahkan aku mulai berani punggung Andri kuremas-remas, kujambak rambutnya dan merengek-rengek meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.
"Aaahh.. Tonn.. Drii.. teruss.. sshh.. enakk sekalii"
"Nikmatin Ver.. nanti bakal lebih lagi" bisik Andri seraya menjilat dalam-dalam telingaku.
Mendengar kata \'lebih lagi\' aku seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul kuangkat-angkat, ingin Toni melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya kewanitaanku dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairanku. Tidak berapa lama kemudian aku merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhku menegang, kupeluk Andri-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.
"Aaagghh.. Tonn.. Drii.. akuu.. oohh" jeritku keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam kewanitaanku. Tubuhku melemas.. lungai.

Toni dan Andri menyudahi \'hidangan\' pembukanya, dibiarkan tubuhku beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata kuingat-ingat apa yang baru saja kualami. Permainan Andri di payudara dan Toni di kewanitaanku yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah kualami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuhku. Aku semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba kurasakan hembusan nafas ditelingaku dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Andri mulai lagi, tapi kali ini tubuhku seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Andri sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuhku. Begitupun Toni sudah bugil, ia membuka kedua pahaku lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.

Mataku terpejam, aku sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuhku sebagai \'hidangan\' utama. Ada rasa kuatir dan takut tapi juga menantikan kelanjutannya dengan berdebar. Begitu kurasakan mulut Toni yang berpengalaman mulai beraksi.. hilang sudah rasa kekuatiran dan ketakutanku. Gairahku bangkit merasakan lidah Toni menjalar dibibir kemaluanku, ditambah lagi Andri yang dengan lahapnya menghisap-hisap putingku membuat tubuhku mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuhku.

"Aaahh.. Tonn.. Drii.. nngghh.. aaghh" rintihku tak tertahankan lagi.
Toni kemudian mengganjal pinggulku dengan bantal sofa sehingga pantatku menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluanku. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatanku, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuhku bagai tersengat aliran listrik aku hilang kendali. Aku merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu kurasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibirku.. kejantanan Andri! Aku mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Andri tidak menggubrisnya ia malah manahan kepalaku dengan tangannya agar tidak bergerak.

"Jilat.. Ver" perintahnya tegas.
Aku tidak lagi bisa menolak, kujilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Andri mendesah-desah merasakan jilatanku.
"Aaahh.. Verr.. jilat terus.. nngghh" desah Andri.
"Jilat kepalanya Ver" aku menuruti permintaannya yang tak mungkin kutolak.
Lama kelamaan aku mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang penis itu, lidahku berputar dikepala kemaluannya membuat Andri mendesis desis.
"Ssshh.. nikmat sekali Verr.. isep sayangg.. isep" pintanya diselah-selah desisannya.

Aku tak tahu harus berbuat bagaimana, kuikuti saja apa yg pernah kulihat di film, kepala kejantanannya pertama-tama kumasukan kedalam mulut, Andri meringis.
"Jangan pake gigi Ver.. isep aja" protesnya, kucoba lagi, kali ini Andri mendesis nikmat.
"Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Ver"
Melihat Andri saat itu membuatku turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kejantanannya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutku, belum lagi kenakalan lidah Toni yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluanku. Aku semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhku, aku bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kejantanan Andri yang separuhnya berada dalam mulutku.

Beberapa saat kemudian Andri mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tanganku tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulutku. Aku menjadi gelagapan, ku geleng-gelengkan kepalaku hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepalaku membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Andri bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..
"Aaagghh.. nikmatt.. Verr.. aku.. kkeelluaarr" jerit Andri, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulutku membuatku tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokanku sebagian lagi tercecer keluar dari mulutku.

Aku sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulutku. Toni tidak kuhiraukan aku langsung duduk bersandar menutup dadaku dengan bantal sofa.
"Gila Andri.. kira-kira dong" celetukku sambil bersungut-sungut.
"Sorry Ver.. ngga tahan.. abis isepan kamu enak banget" jawab Andri dengan tersenyum.
"Udah Ver jangan marah, kamu masih baru nanti lama lama juga bakal suka" sela Toni seraya mengambilkan aku minum dan membersihkan sisa air mani dari mulutku.
Toni benar, aku sebenarnya tadi menikmati sekali, apalagi melihat mimik Andri saat akan keluar hanya saja semburannya yang membuatku kaget. Toni membujuk dan memelukku dengan lembut sehingga kekesalanku segera surut. Dikecupnya keningku, hidungku dan bibirku. Kelembutan perlakuannya membuatku lupa dengan kejadian tadi. Kecupan dibibir berubah menjadi lumatan-lumatan yang semakin memanas kami pun saling memagut, lidah Toni menerobos mulutku meliuk-liuk bagai ular, aku terpancing untuk membalasnya. Ohh.. sungguh luar biasa permainan lidahnya, leher dan telingaku kembali menjadi sasarannya membuatku sulit menahan desahan-desahan kenikmatan yang begitu saja meluncur keluar dari mulutku.

Toni merebahkan tubuhku kembali dilantai beralas karpet, kali ini dadaku dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiriku tangannya melesat turun ke kewanitaanku, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluanku. Tubuhku langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Toni.
"Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh" desisku tak tertahan.
"Teruss.. Tonn.. aakkhh"
Aku menjadi lebih menggila waktu Toni mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluanku, seakan kurang lengkap kenikmatan yang kurasakan, kedua tanganku meremas-remas payudaraku sendiri.
"Ssshh.. nikmat Tonn.. mmpphh" desahanku semakin menjadi-jadi.
Tak lama kemudian Toni merayap naik keatas tubuhku, aku berdebar menanti apa yang akan terjadi. Toni membuka lebih lebar kedua kakiku, dan kemudian kurasakan ujung kejantanannya menyentuh mulut kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan cinta.

"Aauugghh.. Tonn.. pelann" jeritku lirih, saat kepala kejantanannya melesak masuk kedalam rongga kemaluanku.
Toni menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang kewanitaanku. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu yang aneh segera saja menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuhku. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuhku membuat pinggulku mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Toni.
"Ooohh.. Tonn.. sshh.. aahh.. enakk Tonn" desahku lirih.
Aku benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut kewanitaanku. Mataku terpejam-pejam kadang kugigit bibir bawahku seraya mendesis.
"Enak.. Ver" tanya Toni berbisik.
"He ehh Tonn.. oohh enakk.. Tonn.. sshh"
"Nikmatin Ver.. nanti lebih enak lagi" bisiknya lagi.
"Ooohh.. Tonn.. ngghh"

Toni terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kejantanannya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi aku terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Toni menekan kejantanannya lebih dalam membelah kewanitaanku.
"Auuhh.. sakitt Tonn" jeritku saat kejantanannya merobek selaput daraku, rasanya seperti tersayat silet, Toni menghentikan tekanannya.
"Pertama sedikit sakit Ver.. nanti juga hilang kok sakitnya" bisik Toni seraya menjilat dan menghisap telingaku.
Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti aku mulai merasakan nikmatnya milik Toni yang keras dan hangat didalam rongga kemaluanku.

Toni kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kejantanannya dirongga kewanitaanku menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuatku menggelepar-gelepar.
"Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Tonn.. empphh" desahku tak tertahan.
"Ohh.. Verr.. enak banget punya kamu.. oohh" puji Toni diantara lenguhannya.
"Agghh.. terus Tonn.. teruss" aku meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kejantanan Toni di kemaluanku.
Peluh-peluh birahi mulai menetes membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan kami. Menit demi menit kejantanan Toni menebar kenikmatan ditubuhku. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuhku tak lagi mampu menahan letupannya.
"Tonii.. oohh.. tekan Tonn.. agghh.. nikmat sekali Tonn" jeritan dan erangan panjang terlepas dari mulutku.
Tubuhku mengejang, kupeluk Toni erat-erat, magma birahiku meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung kewanitaanku.

Tubuhku terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Toni mulai lagi memacu gairahku, hisapan dan remasan didadaku serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahiku. Lagi-lagi tubuhku dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuhku dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda. Entah berapa kali kewanitaanku berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Toni sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuhku. Selagi posisiku di atas Toni, Andri yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri kami, dengan berlutut ia memelukku dari belakang. Leherku dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dadaku. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitorisku membuatku menjadi tambah meradang.

Kutengadahkan kepalaku bersandar pada pundak Andri, mulutku yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumatnya. Pagutan Andri kubalas, kami saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggulku semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Aku begitu menginginkan kejantanan Toni mengaduk-aduk seluruh isi rongga kewanitaanku yang meminta lebih dan lebih lagi.
"Aaargghh.. Verr.. enak banget.. terus Ver.. goyang terus" erang Toni.
Erangan Toni membuat gejolak birahiku semakin menjadi-jadi, kuremas buah dadaku sendiri yang ditinggalkan tangan Andri.. Ohh aku sungguh menikmati semua ini.

Andri yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Toni duduk disofa dengan kaki menjulur dilantai, Akupun merangkak kearah batang kemaluannya.
"Isep Ver" pinta Toni, segera kulumat kejantanannya dengan rakus.
"Ooohh.. enak Ver.. isep terus"
Bersamaan dengan itu kurasakan Andri menggesek-gesek bibir kemaluanku dengan kepala kejantanannya. Tubuhku bergetar hebat, saat batang kemaluan Andri-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Toni-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluanku dan terbenam didalamnya. Tusukan-tusukan kejantanan Andri serasa membakar tubuh, birahiku kembali menggeliat keras. Aku menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kejantanan didalam tubuhku. Batang kemaluan Toni kulumat dengan sangat bernafsu. Kesadaranku hilang sudah naluriku yang menuntun melakukan semua itu.

"Verr.. terus Verr.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh" erang Toni.
Aku tahu Toni akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutku, aku lebih siap kali ini. Selang berapa saat kurasakan semburan-semburan hangat sperma Toni.
"Aaagghh.. nikmat banget Verr.. isep teruss.. telan Verr" jerit Toni, lagi-lagi naluriku menuntun agar aku mengikuti permintaan Toni, kuhisap kejantananya yang menyemburkan cairan hangat dan.. kutelan cairan itu. Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Toni yang mencapai klimaks, yang pasti aku sangat menyukai cairan itu. Kulumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.

Toni beranjak meninggalkan aku dan Andri, sepeninggal Toni aku merasa ada yang kurang. Ahh.. ternyata dikerjai dua pria jauh lebih mengasikkan buatku. Namun hujaman-hujaman kemaluan Andri yang begitu bernafsu dalam posisi \'doggy\' dapat membuatku kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianusku. Bukan hanya itu, setelah diludahi Andri bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anusku. Sodokan-sodokan dikewanitaanku dan Ibu jarinya dilubang anus membuatku mengerang-erang.
"Ssshh.. engghh.. yang keras Drii.. mmpphh"
"Enak banget Drii.. aahh.. oohh"
Mendengar eranganku Andri tambah bersemangat menggedor kedua lubangku, Ibu jarinya kurasakan tambah dalam menembus anusku, membuatku tambah lupa daratan.

Sedang asiknya menikmati, Andri mencabut kejantanan dan Ibu jarinya.
"Andrii.. kenapa dicabutt" protesku.
"Masukin lagi Dri.. pleasee" pintaku menghiba.
Sebagai jawaban aku hanya merasakan ludah Andri berceceran di lubang anusku, tapi kali ini lebih banyak. Aku masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Andi mulai menggosok kepala penisnya dilubang anus baru aku sadar apa yang akan dilakukannya.
"Andrii.. pleasee.. jangan disitu" aku menghiba meminta Andri jangan melakukannya.
Andri tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluanku hilang sudah protesku. Tiba-tiba kurasakan kepala kemaluannya sudah menembus anusku. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anusku dan tenggelam habis didalamnya.

"Aduhh sakitt Drii.. akhh..!" keluhku pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Andri.
"Rileks Ver.. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya" bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitorisku.
Separuh tubuhku yang tengkurap disofa sedikit membantuku, dengan begitu memudahkan aku untuk mencengram dan mengigit bantal sofa untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, aku bahkan mulai menyukai batang keras Andri yang menyodok-nyodok anusku. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuhku.
"Aaahh.. aauuhh.. oohh Drii" erang-erangan birahiku mewarnai setiap sodokan penis Andri yang besar itu.
Andri dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Andri menghujamkan kejantananya semakin aku terbuai dalam kenikmatan.

Toni yang sudah pulih dari \'istirahat\'nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairahku. Atas inisiatif Toni kami pindah kekamar tidur, jantungku berdebar-debar menanti permainan mereka. Toni merebahkan diri terlentang ditempat tidur dengan kepala beralas bantal, tubuhku ditarik menindihinya. Sambil melumat mulutku-yang segera kubalas dengan bernafsu-ia membuka lebar kedua pahaku dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam vaginaku. Andri yang berada dibelakang membuka belahan pantatku dan meludahi lubang anusku. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuhku. Sensasi sexual yang luar bisa hebat kurasakan saat kejantanan mereka yang keras mengaduk-aduk rongga kewanitaan dan anusku. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubangku memberi kenikmatan yang tak terperikan.

Andri yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuhku terlentang diatasnya, kejantanannya tetap berada didalam anusku. Toni langsung membuka lebar-lebar kakiku dan menghujamkan kejantanannya dikemaluanku yang terpampang menganga. Posisi ini membuatku semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubangku yang digarap mereka tapi juga payudaraku. Andri dengan mudahnya memagut leherku dan satu tangannya meremas buah dadaku, Toni melengkapinya dengan menghisap puting buah dadaku satunya. Aku sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuhku. Hantaman-hantaman Toni yang semakin buas dibarengi sodokan Andri, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya kurasakan sesuatu didalam kewanitaanku akan meledak, keliaranku menjadi-jadi.

"Aaagghh.. ouuhh.. Tonn.. Drii.. tekaann" jerit dan erangku tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuhku serasa melayang, kucengram pinggul Toni kuat-kuat, kutarik agar batangnya menghujam keras dikemaluanku, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritanku, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.
"Aduuhh.. Tonn.. Drii.. nikmat sekalii"
"Aaarrghh.. Verr.. enakk bangeett"
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubangku. Tubuhku bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuhku mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dikewanitaanku dan akhirnya kami.. terkulai lemas.

Sepanjang malam tak henti-hentinya kami mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh kami tidak lagi mampu mendayung. Kami terhempas kedalam mimpi dengan senyum kepuasan. Dihari-hari berikutnya bukan hanya Andri dan Toni yang memberikan kepuasan, tapi juga pria-pria lain yang aku sukai. Tapi aku tidak pernah bisa meraih kenikmatan bila hanya dengan satu pria.. aku baru akan mencapai kepuasan bila \'dijarah\' oleh dua atau tiga pria sekaligus.


E N D

istriku dientot negro

Namaku Toni umur 30th, nama istriku Diah umur 27th. Diah mempunyai bentuk tubuh yang sangat proporsional, dari tinggi badan 165cm dan ukuran payudaranya benar-benar sangat serasi. Ditunjang dengan kulit putihnya yang lembut, serta rambut lurus panjang sebahu dengan kilau hitamnya.

Waktu itu sehabis melahirkan anak pertama kami, Diah terlihat bodynya menjadi mekar semua. Waktu itu ada keinginanku untuk mengajaknya salah satu salon perawatan tubuh guna mengembalikan keindahan tubuhnya seperti semula. Namun kata Diah menyarankan nanti aja kalo sesudah anak kami umur 1th, dimana Diah sudah tidak menyusui lagi.

1 tahun berlalu sesuai dengan yang aku janjikan akhirnya kami menuju salah satu salon tempat perawatan tubuh. Disitu saya baca fasilitasnya sangat lengkap, mulai dari massage sampe luluran dan spa pun tersedia. Selain itu juga didukung oleh para ahli yang saya liat semuanya wanita. Kira-kira 1minggu 3x saya mengajak Diah kesalon tersebut, Selama kurang lebih 2 bulan. Hingga para pegawai disalon tersebut sampai hafal dan mengenal kami. Sampai pada akhirnya Diah menjadi pelanggan salon tersebut. Kadang-kadang 1 minggu sekali Diah aku ajak kesana sekedar untuk relaksasi, kalo tidak 2 minggu sekali.

Pada awal bulan memang saya tidak diperkenankan masuk untuk melihat proses perawatan tubuh pada istri saya, karena laki-laki dan salon tersebut memang diperuntukan bagi wanita. Akhirnya mereka menawarkan kepada saya sebagai pelanggan tetap, bahwa di salon tersebut juga ada sebuah penginapan yang letaknya dibagian dalam salon tersebut. Penginapan itu berupa kamar-kamar untuk pelanggan, dimana terjaga privasinya. Dengan fasilitas AC, jacuzi, kamar mandi uap dan tidak lupa springbed yang nyaman, dengan tujuan bagi wanita yang sudah beristri, sang suami bisa ikut menemani didalam tanpa mengganggu pelanggan salon yang lain khususnya wanita. Dengan adanya penawaran seperti itu tentu saya ambil.
Selesai reservasi kami diantar ke sebuah kamar yang telah saya pesan didepan. Kami dipersilahkan masuk dan menunggu dipanggilkan ahlinya perawatan tubuh. Tidak terlalu lama pintu kamar diketok seseorang. Ternyata datang juga orang yang kita tunggu. Seorang wanita namanya Ani, kulitnya putih bersih, cantik dan cukup sexy juga menurutku. Ternyata selama ini Ani lah yang sering menangani perawatan tubuh istriku. Waktu aku panggil mbak dia malu katanya umurnya masih muda dari saya, akhirnya untuk lebih akrab aku panggil Ani aja.

"Mbak Diah ada keluhan apa? Atau mau sekedar relaksasi saja?" tanya Ani.
"Yach sekedar relaksasi aja An, dah lumayan lama ndak kesin.i" jawab Diah.

Lalu Ani mengusulkan kepada Diah kalo massage ringan disertai luluran keseluruh tubuh. Sebelumnya Ani mempersilahkanku duduk disofa didalam kamar tersebut, sambil menyarankan sebuah minuman semacam jamu kepadaku. Yang katanya bisa menambah stamina dan menghilangkan lelah ditubuh, sambil menunggu istriku. Datang juga akhirnya minuman tersebut agak hangat dan rasanya ternyata manis, saya pikir pahit karena jamu. Ani menyalakan sebuah alat berupa aroma terapi untuk menambah suasana yang nyaman dan rilex. Kemudian Diah disuruh melepaskan semua pakaiannya, karena yang pertama adalah luluran keseluruh tubuh.
Setelah tubuh istriku Diah telanjang total serta merta Diah berbaring diatas kasur memunggungi Ani. Mulailah Ani melumuri punggung hingga kekaki Diah dengan ramuan lulur yang aku sendiri kurang paham. Sambil jari jemari kedua tangannya memijat Diah mulai dari leher, bahu, punggung pantat dan sampe ke kaki. Setelah agak lumayan lama, Ani menyuruh istriku berbalik menghadap kedepan, terlihat bukit payudara Diah yang dulu sehabis menyusui terlihat kendor dengan warna puting agak kehitam-hitaman, sekarang sudah kencang dan warna putingnya terlihat merah muda menggemaskan. Dilulurinya seluruh badan Diah oleh Ani dari atas sampe
bawah tak luput payudara dan meqinya. Mulai pemijatan ringan dari leher turun kedada, sampe payudara dan puting istriku tak luput dari pijatannya. Kulihat Diah merasa nikmat dan terdengar sedikit desahan kecil tanda kenikmatan tersebut.

"Gimana mbak Diah, enak yaaa?" tanya Ani.
"Iya An, pijatanmu bener-bener bikin relax dan nikmat dirasakan." jawab istriku.

Dengar hal seperti itu dimana kondisinya yang sangat nyaman dan rilex sepertinya pikiranku cuex aja, aahhh itu khan proses umum dalam terapi pikirku. Ani melanjutkan pijatannya sampe kebawah dan sekarang tidak hanya memijat paha dan kaki Diah saja tetapi jari-jemari Ani yang lentik memainkan bibir vagina dan klitoris Diah. Digosok-gosok dan dielus dengan lembut membuat klitoris Diah makin menonjol dan keliatan sebesar biji kacang tanah. Sebelumnya memang sejak melahirkan istriku Diah selalu mencukur rambut disekitar vaginanya biar nampak bersih. Desahan demi desahan terdengar lirih tapi pasti, nafsu birahi Diah perlahan mulai meninggi. Hebat juga pikirku si Ani ini bener ahli dalam merangsang sesama wanita. Ya memang dalam pandangan istriku sebelumnya merasa jijik melihat hubungan sex antar wanita atau lesbian. Tapi anehnya diperlakukan oleh Ani seperti itu diem aja yaaa?

"Mbak Diah, apa boleh vagina dalamnya saya beri lulur supaya bersih?" tanya Ani.
"Boleh aja ndak apa-aappapa kok An" jawab Diah terbata-bata oleh kenimatan.
"Mas ngijinin khan, kalo Vagina mbak Diah juga saya bersihkan, supaya kalo berhubungan lebih nikmat mas" kata Diah kepadaku sambil merayu dan minta ijin dahulu.
Jawabku "boleh aja kok", khan juga suatu proses terapi pikirku.

Aneh juga pikiranku bisa seperti itu, selain itu aku juga terangsang melihat perlakuan Ani kepada Diah. Mungkin karena minuman tadi atau aroma terapi yang bener-bener membuatku rilex dan bersikap cuex. Setelah mendapat ijin, Ani melanjutkan niatnya. Saya liat jari telunjuk Ani mulai keluar masuk meqi Diah. Pelan-pelan dengan gerakan yang lembut, sedang ibu jari Ani menggosok-gosok klitoris istriku. Tidak terlalu lama dan keliatannya Diah juga belum orgasme, Ani menyudahi permainannya. Ani mengatakan kepadaku bahwa ini bagian dari ritual rilexsasi katanya, jadi tidak perlu sampe orgasme. Terlihat di raut muka Diah akan ketidakpuasannya. Selesai hal tersebut, Ani meminta Diah mandi untuk membersihkan badan. Tadinya Diah ogah-ogahan beranjak dari tempat tidur, mungkin aja karena tidak puas. Tapi Ani berkata katanya ini baru sebagian saja dan nanti akan ada yang lebih hebat. Mau juga Diah mandi dijacuzi dengan air hangat hingga bersih. Selesai mandi dan mengeringkan badannya dengan handuk, Diah duduk disofa disampingku sambil berbalut handuk saja.

Ani sedikit ngobrol-ngobrol dan katanya, "apa mau dilanjutkan atau istirahat dahulu?"
Belum sempat aku jawab ehh Diah udah nggak sabar ngomong duluan, katanya "ok aja selagi seger badannya."
"Apa ndak sebaiknya mbak Diah minta pendapat dan ijin dari mas Toni sebagai suami?" Pinta Ani kepada Diah.
"Gimana mas boleh ndak tawaran Ani tadi?" pinta Diah.
"Boleh-boleh aja khan memang sudah seharusnya" jawabku. Karena dalam pikiranku memang seperti itu prosesnya.

Kemudian aku menanyakan pada Ani, "sebetulnya proses selanjutnya seperti apa?"
Ani menerangkan "untuk selanjutnya pijatan-pijatan yang ringan dan kalo mau juga bisa sampai kepuasan kenikmatan yang dalam, itupun kalo mas Toni mengijinkan", terang Ani kepadaku.
"Bukannya aku tadi sudah memperbolehkan" jawabku.
"Iya mas, tapi nanti ada satu syarat bila mas Toni bener-bener menyetujui" kata Ani. "Kira-kira seperti apa syarat tersebut?" tanyaku.

Ani menjelaskan bahwa sebetulnya syaratnya sangat mudah yaitu Ani menyuruhku tetap diam dan tidak boleh mencampurinya waktu bekerja, atau Ani tidak menjamin akan kesuksesan terapi ini. Dengan berat hati asal bisa menyenangkan istriku ndak apa-apa untuk mengambil resikonya. Setelah semua setuju akhirnya Ani meminta Diah melepaskan ikatan handuk yang melingkar menutupi keindahan tubuh sexy nya. Dan menyuruh Diah untuk berbaring rilex di tempat tidur dengan menghadap kedepan. Perlahan-lahan tapi pasti Ani mulai memijat kembali seluruh tubuh Diah. Tak lupa kedua payudara Diah ikut diremas-remas dan dipilin putingnya hingga tegak berdiri. Dan tak lupa meqinya Diah juga digosok dan lubangnya dimasukin jari telunjuk Ani, dengan gerakan yang simultan, mulai kelihatan desahan-desahan Diah. Terlihat meqinya mulai basah dan licin. Desahan kenikmatan dan racauan Diah mulai terdengar sangat jelas. Sebentar lagi terlihat istriku Diah akan orgasme, secara disengaja Ani menghentikan aktifitasnya.

"An kekenapa berberhenti? Aaku hampir nyampee nichh" kata Diah.
"Tenang aja mbak Diah, sekarang mbak tanya suami dulu apa masih mau diteruskan atau tidak" jawab Diah.
"Mas boolehh yaa diterusin, aaku dah nanggung nich please yaaa please banget" Diah merayuku. "Gimana mas toni?" tanya Ani.

Akupun mengiyakan karena kulihat Diah sudah bener Birahi Tinggi. Kemudian Ani tiba-tiba saja mengajakku pindah dari sofa dan duduk dikursi kayu biasa dan dengan cekatan dia mengikatku dengan kencang ke kursi. Sebelum hilang kagetku Ani mencoba menenangkanku, katanya ini sebagai jaminan kata-kataku supaya tidak mengganggu pekerjaannya. Setelah itu Ani keluar kamar, didalam aku lihat Diah sepertinya sudah tidak memperdulikan aku lagi. Kulihat kedua tangannya sibuk meremas payudara dan menggosok bibir meqinya, seakan-akan sudah tidak sabar. Sesaat kemudian Ani masuk, dan yang bikin aku kaget dibelakangnya dia mengajak 2 orang laki-laki tinggi sekitar 180 cm, berkulit hitam dan berotot kekar. Keduanya memakai piyama. Ani memperkenalkan bahwa keduanya adalah asistennya dan ini adalah service plus dari salon. Belum sempat hilang kagetku, Ani memberi isyarat kepada keduanya. Serta merta mereka melepaskan piyamanya. Busyet ternyata dibalik piyama, mereka tidak mengenakan selembar kainpun. Terlihat penisnya belum berdiri tapi sudah lumayan besar.

Ani menggandeng tangan Diah istriku untuk turun dari tempat tidur. Sesaat kemudian seperti kerbau yang dicokok hidungnya, Diah langsung berjongkok dihadapan mereka. Tanpa ada perintah, Diah langsung menghisap salah satu penis pria tersebut hingga bener-bener membesar. Kira-kira besarnya sebesar kaleng fanta slim dan panjangnya sekitar 20 cm. Aku lihat Diah hanya berhasil mengulum topi bajanya tidak sampai bisa masuk semua di mulutnya yang mungil. Salah seorang laki-laki negro tersebut mengangkat Diah dan membaringkannya diatas tempat tidur. Ditempelkan penisnya yang besar dibibir meqi istriku, secara perlahan-lahan dan pasti penis itu dipaksa masuk kelubang meqi Diah. Bleeezzz masuk juga penis tersebut disertai erangan, desahan kenikmatan Diah. Mula-mula penis tersebut dimaju mundurkan secara perlahan-lahan hingga meqi Diah terbiasa dan tidak merasa sakit. Terlihat sangat jelas sekali penis orang negro itu menggosok dan mengaduk-aduk meqi Diah. Terlihat wajah Diah hanya sesaat sudah akan mencapai orgasmenya yang tertunda.

"Aaaahhhaaahhh aakuuu keeluarrr ssssstttttt" teriak Diah.

Melihat Diah yang semakin bergairah, satu orang negro yang laen mendekatkan penisnya kemulut Diah. Tanpa ada perintah, langsung penis hitam dan besar dikulum walaupun hanya topi bajanya saja yang masuk. Gerakan penis sinegro dalam meqi Diah yang beraturan keluar masuk membuat Diah semakin larut dalam nafsu sexnya.

Sambil mengulum penis sesekali dikeluarkan serta meracau, "ohhhoohhhh yesss eennakk teeruusss... kenthuuu akku sepuaassmu aahhhhaaahhh... aakuu.. aku mau nyaammpeee ooooohhhhhhhhh." Seiring teriakan, akhirnya Diah orgasme yang kedua hanya dalam selang waktu kurang dari lima menit.

Ani dan aku hanya menonton dari dekat.

"Gimana mbak Diah, enak mana dikenthu suamimu apa merasakan penis orang negro ini?" tanya Ani.
"Eeenakkk baangettt An, aaku... akuuu pengen terruuusss... aaaahhhhh aakkuuu keluar lagiiii Annn." jawab Diah.

Seperti sebuah shock therapy ditelingaku mendengar jawaban Diah istriku.

"Wah mas Toni terangsang jugaaa yach liatin istrinya dikerjain orang laen." kata Ani.

Memang jujur saja aku bener-bener terangsang, sampe si adikku keliatan menyembul didalam celana jeans panjangku. Negro yang dikulum penisnya gantian menggantikan temannya untuk merasakan meqinya Diah. Sekarang Diah disuruh Dogstyle, tak kalah besar penis yang kedua ini dengan mudah masuk dan mengobok-ngobok meqi istriku. Karena meqinya Diah sudah basah dengan sperma kewanitaannya yang telah 2 kali orgasme.

"Gimana mbak Diah, tuh lihat suami kamu juga terangsang liat mbak dientotin orang, liat tuh adiknya keliatan khan nonjol dalam celana hehehe..." canda Ani.
"Maaasss... masss suka yaaa liat Diah diiientotin ama orang laen sssshhhhhh..." kata Diah sambil mendesah keenakan.
"Ngomong aja mas ndak usah malu ini service gratis kok dari kami, khan itung-itung sebagai suatu variasi kenikmatan sex dalam keluarga hehehe..." rayu Ani.

Mau ndak mau aku mengakuinya sebagai suatu rekreasi kehidupan sex. Aku liat Diah sedang diDogstyle dan dari depan Diah mengulum penis negro yang satunya. Dengan sangat bernafsu, Diah mengulum penis si negro hingga keluar air liur dan terdengar suara-suara srruuuupp... sruuuup... seperti orang sedang makan sup. Setelah itu Ani menyuruh kedua negro tadi melakukan penetrasi ke anus dan meqi Diah. Mendengar itu Diah kaget dan berusaha menolak.

"Tenang aja mbak Diah, paling sakit sedikit kok, mau khan bikin suasananya tambah panas?" rayu Ani.

Belum sempat dijawab, seorang negro yang lagi memompa penisnya dalam meqi Diah langsung mengeluarkan penisnya dan mengarahkan ke anusnya Diah. Sedang yang seorang lagi sudah siap dengan berbaring menunggu Diah memasukan penisnya kedalam meqinya. Blezzzz dua penis melakukan penetrasi saling bergantian di anus dan di meqi istriku Diah. Mendapatkan sensasi permainan sex yang baru, membuat Diah kehilangan kontrol meracau mendesah mengeluarkan kata-kata yang sungguh mengagetkan.

"Ooohhhh yaaaa teerruuusss... terruuus eenntooot aakuuu ssoodomi akkku enntottt meqiiikkuuu... ohhh yeeeesss ooohhhh maasss Toooniii aaakkuuu... aaakkkuuu uuddaahhh jadddiiii buudakkksex akuuuu udddaaahhh jaaddiiii LONTHEEE..." teriak Diah.

Entah berapa kali Diah mengalami orgasme dan saya liat kedua negro sudah sekitar satu jam menyetubuhi istriku. Melihat itu Ani hanya senyum-senyum, kemudian dia melepaskan ikatanku karena aku juga merasa tidak akan mengganggu. Kemudian 2 orang negro mulai keliatan akan orgasme, dengan komando Ani kedua negro itu mencabut penisnya sejurus kemudian membaringkan Diah terlentang diatas tempat tidur. Dan satu persatu mereka menyemprotkan air maninya ke dalam mulut istriku dan dipaksanya untuk menelan. Terlihat sperma kedua negro itu putih kekuning-kuningan serta lengket dan agak bau. Mau tidak mau istriku menelannya, bener-bener bagaikan seorang pelacur. Selesai kedua negro itu memakai piyamanya dan ngeloyor keluar kamar.

"Gimana mbak, puas dengan permainan tadi?" tanya Ani.
"Puas sekali An makasih yaaa.."
"Buat mas Toni juga makasih mas" jawab Diah.
"Tenang mbak Diah, Ani masih punya hadiah juga buat mas Toni" jawab Ani.

Belum hilang rasa penasaranku hadiah apa yang bakal aku terima. Tiba-tiba Ani melepaskan semua bajunya dan telanjang bulat didepanku.

"Tadi mas khan dah liat istrinya bermain sama orang lain, sekarang mas saya hadiahi tubuh Ani, mau khan mas?" tanya Ani.

Tanpa menunggu lama, aku lepas juga semua pakaian yang menempel dibadanku. Aku ciumi bibirnya Ani terus turun ke bukitnya yang putih dan montok. Aku remas-remas dan sedikit digigit, sedang tangan kananku mengexplorasi meqinya Ani. Aku masukin satu jari telunjuk kemeqinya, tambah lagi 2 jari tengah dan jari manis mengobok-obok meqinya Ani. Kini Ani hanya bisa mendesah dan meracau kenikmatan.

"Mass... masss Toni aakuuu keluar masss aaahhh ssssshhhhh" teriak Ani pada orgasme pertamanya.

Tanpa menunggu foreplay yang lebih lama karena saat itu adikku sudah berdiri tegak walaupun tak sebesar punya kedua negro tadi, aku masukin ke meqinya Ani. Langsung aku pompa dengan keras hinga terdengar suara plokk... ploookkk ketika buah pelirku memukul-mukul bibir vaginanya Ani. Aku terlentangkan Ani sambil aku kulum kedua bukit payudaranya bergantian. Kemudian aku balik dia dengan posisi Dogystyle hingga Ani mencapai 2kali orgasme.

"Teruuusss maasss ooohhh nikmat banget masss.... terruuuussss entoott akuuu masss ssshhhhh aahhhhh aakkkuu keluaarrrr..." teriak Ani.

Setelah sekitar lebih dari 30 menit, kurasakan penisku mulai berdenyut tanda mau orgasme. Cepat-cepat aku minta Ani untuk mengulumnya aaahhh.. akhirnya aku keluarin spermaku kedalam mulut Ani dan ditelan oleh Ani. Selama percintaanku dengan Ani, istriku Diah hanya melihat disamping kami. Tidak mengganggu atau melarang seperti aku melihat Diah saat bersetubuh dengan 2 pria negro.

"Wah mbak Diah, ternyata suami kamu hebat juga yaaaa. Aku aja ampe 2 kali keluar." Puji Ani.

Diah hanya mengiyakan saja mendengar pujian untukku. Kemudian Ani mengingatkan kalo tadi sepertinya Diah berkata lonthe untuk dirinya. Mendengar itu Diah jadi tersipu-sipu malu sambil mencubit Ani. Posisi kami bertiga saat ini sedang telanjang semua. Ani akan memberi hadiah lagi kepada Diah, pikirku ini hadiah kagak ada habis-habisnya.

"Semoga mbak Diah dan mas Toni tetep berkunjung ke salon kami. Maka Ani kasih hadiah spesial buat mbak Diah, semoga mbak Diah tidak tersinggung." kata Ani.

Sesaat Ani merogoh tas yang dibawanya dan mengeluarkan seuntai kalung berwarna silver, ditengahnya ada gantungan bertuliskan salon tersebut dan diujung kalung tersebut di sambungkan oleh 2 cicin mirip anting. Ani langsung menelpon ke recepsionist untuk mendatangkan kembali kedua negro tadi. Kaget juga aku dan Diah, apa mau ada percintaan lagi pikir kami berdua. Sebelum kami bertanya Ani langsung menenangkan kami.

"Jgn takut mas, Ani hanya minta bantuan tenaga mereka berdua aja kok." kata Ani.

Akhirnya datang juga kedua negro tadi. Ani meminta istriku Diah berbaring terlentang di atas tempat tidur. Setelah itu kedua negro itupun naik ke kasur dan tanpa aba-aba mereka menjilati kedua puting susu istriku. Terlihat kedua puting susu istriku semakin mencuat menegang tanda istriku mulai terangsang. Ani langsung memerintahkan mereka berdua memegangi kedua tangan dan kaki istriku. Ani juga meminta istriku menggigit pelindung gigi. Heran pikirku mau diapakan lagi istriku ini.

"Jangan khawatir mas dan mbak, relax aja nanti pasti bagus deh hasilnya." kata Ani.

Belum sampai aku mau menjawab tiba-tiba aku melihat Ani sudah memegang jarum, dan keliatannya jarum tersebut biasa dipakai buat bikin lubang piercing. Langsung bles... bles... dua kali Ani menusukan jarum tersebut ke kedua puting Diah yang sudah menegang. Dan dengan cekatan, Ani memasukkan ujung kalung tadi yang ada antingnya, masing-masing ujung ke satu puting. Terlihat istriku Diah meronta kesakitan sambil menggigit pelindung giginya yang diberikan oleh Ani. Sekarang istriku diminta berkaca dan di dadanya tergantung sebuah kalung perak bertuliskan nama salon tersebut dan di balik nama salon pada gantungan kalung bertuliskan dengan huruf kapital "LONTHE"

Sebelum Ani dan kedua negro tersebut pergi, Ani mengajakku untuk menonton adegan percintaan kembali Diah dengan si negro. Aku dan Ani hanya menonton Diah disetubuhi untuk yang kedua kalinya dan sekarang kedua negro tersebut menyetubuhi Diah bergantian hingga satu jam lebih. Dengan tehnik bergantian saling menggantikan, bila sang negro satu mau keluar dia berhenti dan digantikan rekannya begitu terus berlanjut. Terdengar racauan, teriakan dan desahan kenikmatan Diah yang tak terlukiskan hebatnya. Sambil mengeluarkan kata-kata jorok seperti Diah teriak-teriak menyebut dirinya bener LONTHE.

Hal ini mendapatkan tepuk tangan dari Ani dan berkata "sekarang mbak Diah bener-bener seperti lonte sejati dan selamat buat mas Toni yang sudah menjadi germonya." Plok... plok... plok... suara tepuk tangan Ani.

Memang itu dikatakan Ani dalam suasana yang sangat akrab jadi tidak sampe rasanya aku pengen marah. Setelah satu jam lebih, akhirnya kedua negro itupun mencapai orgasmenya dan menumpahkan seluruh spermanya ke dalam rahim istriku Diah. Akhirnya Ani mengucapkan terima kasih pada kami berdua atas kunjungannya dan kami pun chekout. Dalam perjalanan kerumah, kami bercerita tentang kesan-kesan di salon tersebut. Dan tak lupa istriku Diah terus memandangi kalung barunya yang menggantung didada, tepatnya menggantung dikedua puting susunya. Karena pulangnya ternyata Diah hanya mengenakan baju yang sedikit longgar tanpa
memakai Bra.

"Mas, lain kali kita kesana lagi yaaa." pinta Diah.
Aku jawab, "ok aja, asal aku juga boleh main sama tukang salonnya yang cantik-cantik."

THE END

penis kekar sopirku

Kisah ini terjadi ketika aku masih SMU, ketika umurku masih 18 tahun, waktu itu rambutku masih sepanjang sedada dan hitam (sekarang sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMU aku termasuk sebagai anak yang menjadi incaran para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk seusiaku dengan buah dada yang sedang tapi kencang serta pinggul yang membentuk, pinggang dan perutku pun ukurannya pas karena rajin olahraga, ditambah lagi kulitku yang putih mulus ini. Aku pertama mengenal seks dari pacarku yang tak lama kemudian putus, pengalaman pertama itu membuatku haus seks dan selalu ingin mencoba pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali aku berpacaran singkat yang selalu berujung di ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik kehabisan tenaga.

Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa mobil sendiri, jadi untuk keperluan itu orang tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai sopir pribadi keluarga kami merangkap pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan mempunyai badan yang tinggi besar serta berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena sering bekerja di bawah terik matahari (dia dulu bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku sering memergokinya sedang mengamati bentuk tubuhku, memang sih aku sering memakai baju yang minim di rumah karena panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu yang mini. Begitu juga aku, aku sering membayangkan bagaimana bila aku disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya itu mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-ragu memikirkan perbedaan status diantara kami.

Obsesiku yang menggebu-gebu untuk merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar terwujud dengan rencana yang kusiapkan dengan matang. Hari itu aku baru bubaran pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil, sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring, tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata. Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan AC dengan alasan badanku tambah tidak enak, sebagai gantinya aku membuka dua kancing atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul dan itu cukup menarik perhatiannya.

"Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi sampai kok" hiburnya

Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah memasukkan mobil dan mengunci pagar aku memintanya untuk memapahku ke kamarku di lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di ranjang. Waktu dia mau keluar aku mencegahnya dan menyuruhnya memijat kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan dadaku yang putih agak menyembul karena kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat kepalaku, namun matanya terus terarah pada pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar itu mengelusi pahaku dan merayap makin dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar celana dalamku.

"Sshh.. Bang" desahku dengan agak gemetar ketika jarinya menekan bagian tengah kemaluanku yang masih terbungkus celana dalam.

"Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem sama Non, apalagi kalau ngeliat Non pake baju olahraga, duh tambah gak kuat Abang ngeliatnya juga" katanya merayu sambil terus mengelusi bagian pangkal pahaku dengan jarinya.

Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus, kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku, jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar menuju ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei dan kepala Tohir yang terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau pipis. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya libidoku, apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini aku belum melakukannya lagi.

Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya. Matanya seperti mau copot melihat kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia dekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke payudaraku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra-ku kemudian meremas daging kenyal di baliknya.

"Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya kaya memeknya, Non marah ga saya giniin?" tanyanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik.

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas payudaraku dengan putingnya yang mungil.

Aku merasakan benda keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Tohir kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin putingnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leher jenjangku terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai cupangan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada dadaku mengencang atau jarinya mengebor kemaluanku lebih dalam. Cupanganya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas.

Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya karena Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi sehingga bau mulutnya itu seolah-olah hilang, malahan kini aku lebih berani memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berrciuman, Tohir melepaskan dekapannya dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu membuka celana berikut kolornya. Maka menyembullah kemaluannya yang sudah menegang daritadi. Aku melihat takjub pada benda itu yang begitu besar dan berurat, warnanya hitam pula. Jauh lebih menggairahkan dibanding milik teman-teman SMU-ku yang pernah ML denganku. Dengan tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut di samping kepalaku dan memintaku mengelusi senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya.

"Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti yahud rasanya kalo diemut sama Non" katanya.

Kubimbing penis dalam genggamanku ke mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Sekilas tercium bau keringat dari penisnya sehingga aku harus menahan nafas juga terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain menyepong tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.

"Uaahh.. uueennakk banget, Non udah pengalaman yah" ceracaunya menikmati seponganku, sementara tangannya yang bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir dan memencet putingku.

Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. Akupun merasa lebih lega karena mulutku sudah pegal dan dapat kembali menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di antara kedua belah pahaku dengan penis terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku disibakkannya sehingga mengganga lebar siap dimasuki dan tangan yang satunya membimbing penisnya menuju sasaran.

"Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit, tapi kesananya pasti ueenak tenan" katanya.

Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan mata, meringis, dan merintih menahan rasa perih akibat gesekan benda itu pada milikku yang masih sempit, sampai mataku berair. Penisnya susah sekali menerobos vaginaku yang baru pertama kalinya dimasuki yang sebesar itu (milik teman-temanku tidak seperkasa yang satu ini) walaupun sudah dilumasi oleh lendirku.

Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk aku sudah kesakitan setengah mati dan merintih seperti mau disembelih. Ternyata si Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil memasukkan setengah bagiannya dan mulai memompanya walaupun belum masuk semua. Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat. Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku, semakin cepat dan semakin dalam, saking keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan hingga masuk semua. Ini membuatku merasa sakit bukan main dan aku menyuruhnya berhenti sebentar, namun Tohir yang sudah kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku dibuatnya serasa terbang ke awang-awang, rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam desahan dan gelinjang tubuh kami.

"Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget.. memekmu.. enaknya!" ceracaunya di tengah aktivitasnya.

Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah, juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak. Dari posisi berlutut, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa hangat dan nyaman di pelukannya, bau badannya yang khas laki-laki meningkatkan birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku sambil meremas payudaraku. Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.

"Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang" desahku dengan mempererat pelukanku.

Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu dengan melolong panjang, tubuhku mengejang dengan dahsyat, kukuku sampai menggores punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir deras seperti mata air. Setelah gelombang birahi mulai mereda dia mengelus rambut panjangku seraya berkata, "Non cantik banget waktu keluar tadi, tapi Non pasti lebih cantik lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah Non, udah basah gini".

Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas tersenggal-senggal tanda setuju. Memang badanku sudah basah berkeringat sampai baju seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga kini yang tersisa hanya sepasang anting di telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di jariku.

Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang sudah polos, butir-butir keringat nampak di tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut. Tak henti-hentinya di memuji keindahan tubuhku yang bersih terawat ini sambil menggerayanginya. Kemudian dia balikkan tubuhku dan menyuruhku menunggingkan pantat. Akupun mengangkat pantatku memamerkan vaginaku yang merah merekah di hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan wajahnya ke sana dan menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilat dan mengisap kulit pantatku, sementara tangannya membelai-belai punggung dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah selangkangan. Aku mendesis merasakan sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya menyapu naik dari vagina sampai anusku. Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di sana lantas dia julurkan lidahnya dan memasukkannya disana. Aku mendesah makin tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku kubenamkan ke bantal dan menggigitnya, pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi rasa nikmat.

Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas sambil menggigit bibir merasakan kejantanannya menyeruak masuk. Aku merasakan rongga kemaluanku hangat dan penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya sangat terasa pada dinding kemaluanku.

"Oouuhh.. Bang!" itulah yang keluar dari mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya amblas ke dalamku.

Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula lembut dan berirama, namun semakin lama frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku, terasa sedikit kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil saja dibanding sensasi yang sedang melandaku. Hujaman-hujaman yang diberikannya menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh tubuhku.

Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan kanannya yang bercokol di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang enak, kamipun meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya. Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin intens menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Tangannya dari belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu terus saja dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk semakin dalam.

Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan dengannya. Harus kuakui dia sungguh hebat dan pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat senang menyaksikan payudaraku yang bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Beberapa menit dalam posisi demikian dia menggulingkan tubuhnya ke samping sehingga aku kembali berada di bawah. Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku. Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir dengan derasnya menimbulkan suara kecipak.

Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia mendesah-desah menyebut namaku, penisnya terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya.. dengan geraman panjang dia cabut penisnya dari vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental manis itu dia tumpahkan di atas dada dan perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku yang berlumuran sperma dan keringat. Aku yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan, mataku terpejam, buah dadaku naik turun seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku masih mekangkang, celah vaginaku serasa terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.

Sejak saat itu, Tohir sering memintaku melayaninya kapanpun dan dimanapun ada kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak jarang dia menyuruhku mengoralnya. Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja terkadang saat aku sedang tidak 'mood' pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu ketika aku sedang mencicil belajar menjelang Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia mendatangiku di kamarku (saat itu sudah hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur), karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking nafsunya dia nekad memperkosaku sampai dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun begitu aku selalu mengingatkannya agar menjaga sikap di depan orang lain, terutama ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang subur dengan memakai kondom atau membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir berhenti kerja karena ingin mendampingi istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah diijinkan untuk membawa mobil sendiri.